[/gigya width="200" height="200" src=" http://www.widgipedia.com/widgets/orido/RamadhanSound-4551-8192_134217728.widget?__install_id=1248336094072&__view=expanded" quality="autohigh" loop="false" wmode="transparent" menu="false" allowScriptAccess="sameDomain" ]

Selasa, 16 Oktober 2012

Generasi Rabbani lahir dari Bibit yang Unggul….

Generasi Rabbani adalah generasi manusia yang beriman kepada Allah, Rasulullah SAW, menjadikan al Qur’an dan al Hadist sebagi rujukan hidupnya dalam segala aspek kehidupan. Kemudian generasi ini diteladani oleh generasi berikutnya (Tabi’ien), kemudian dicontoh lagi oleh generasi berikutnya lagi (Tabi’ut tabi’en). Rasulullah SAW menyebutnya sebagai generasi manusia terbaik

 “Sebaik-baik qurun (abad atau generasi) adalah generasi aku (generasi beliau dan sahabat-sahabatnya), kemudian generasi setelah mereka, kemudian generasi sesudah mereka. (HR.Bukhari)
                                        
Wahai muslimah, tentu anda dan saya pasti ingin mempunyai anak-anak yang Rabbani, yang sholih sholihah , yang menjunjung tinggi nilai-nilai alquran dan hadits, anak yang berbalut akhlak alquran, sebagaimana akhlaknya Rasulallah. Ketika Aisyah ditanya mengenai akhlak Rasulallah, beliau menjawab akhlak beliau (Rasulullah) adalah Alquran.” (HR Abu Dawud dan Muslim). Namun tidaklah mudah untuk mendidik anak-anak kita menjadi berkepribadian Rabbani apalagi di akhir zaman seperti ini. Generasi Rabbani, lahir dari rahim seorang wanita yang sholihah, yang juga memegang teguh Alquran, dan juga terbentuk dari jenis sperma yang berkualitas dari seorang laki-laki sholih yang sangat kuat ketaatannya kepada Allah. Karena itu mari kita belajar dari kisah Rasulallah dan Khodijah sehingga lahirlah wanita yang paling di kasihi Allah, dia adalah Fathimah Az Zahra, dia menjadi wanita teladan sepanjang masa karena keshalihannya dan kecerdasannya.
Fathimah Az Zahra adalah seorang anak dari dua manusia agung yang tidak kita ragukan lagi kesholihannya. Karena itu memilih pasangan (suami/isteri) dengan bibit yang unggul kesholihanya sangatlah berpengaruh akan hadirnya generasi Rabbani. Bahkan tidak hanya sebatas sholih akan tetapi pilih lah pasangan (suami) yang benar-benar terjaga dari memakan harta yang haram, dan syubhat. Karena sperma yang dibuahi di rahim yang akan menjadi janin berkembang dari darah yang dihasilkan dari proses pencernaan makanan. Jadi, sangatlah berbeda sperma yang merupakan hasil dari memakan daging babi, dan meminum minuman keras dengan sperma yang memakan daging sapi, unta, kurma,madu dan jenis makanan yang halal dan membuat ketenangan saraf serta jiwa.
Allah berfirman:
dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya”  (QS.Al maidah:88)

Dari ayat di atas dapat di simpulkan bahwasanya tidak hanya cukup halal, akan tetapi thoyyib (baik), karena makanan yang halal belum tentu thoyyib. Misalnya: daging kambing adalah makanan yang halal, akan tetapi jika daging ini didapatkan dari hasil rampasan atau mencuri tentunya akan merusak manusia. Jadi makanan yang dimakan oleh orang tua (ibu dan ayah) sangat berpengaruh besar pada masa depan anak kita.
Mari kita simak kisah Rasulallah ketika menerima perintah Allah untuk menjauhi Khodijah selama 40 hari. Ketika itu Jibril turun dan berkata kepada Rasulallah: Hai Muhammad, Yang Maha Tinggi mengirimkan salam Nya untukmu dan memerintahkan dirimu untuk menahan diri dari Khodijah selama 40 hari. Sungguh kita mengetahui perasaan Rasulallah yang sangat mencintai Khadijah, pasti sukar untuk melakukan hal itu, tetapi karena demi ketaatannya kepada Allah, Rasulallah melewati 40 hari dengan puasa dan shalat malam. Sementara Khodijah Ridho dengan ketetapan Allah. Inilah ciri-ciri wanita sholihah, ia ridho dan mendukung suami nya selagi dalam ketaatan. Selama 40 hari di tinggal oleh suaminya Khodijah sangat menjaga kesuciannya, ketika malam datang dia mengunci pintu dan menghabiskan malamnya  dengan mendirikan shalat. Pada akhir hari ke 40, Jibril turun dan berkata kepada Rasulallah: Wahai  Muhammad Yang Maha Tinggi mengirimkan salam untuk mu dan memerintahkanmu bersiap untuk penghormatan dan hadiahNya. Pada saat itu Jibril turun membawa pinggan dan berkata: Hai Muhammad, Tuhanmu memerintahkan untuk membatalkan puasamu dengan makanan ini. Lalu beliau membuka pinggan nya dan menemukan setandan kurma dan seikat anggur, beliau makan dan minum secukupnya. Setelah itu Rasulallah bersiap diri untuk melaksanakan shalat, lalu Jibril berkata: sholat terlarang bagimu hingga engkau pergi ke rumah Khodijah dan berhubungan denganya karena Allah hendak menciptakan keturunan mulia darimu malam ini. Maka di malam itupun Rasulallah menyalurkan spermanya di rahim Khodijah. Sperma yang berkualitas  dihasilkan dari makanan langit (Surga), dan terlahir dari sperma itu seorang Fathimah Az Zahra.
Dari kisah ini, dapat kita simpulkan Allah memerintahkan Rasulallah agar menjauhi Khodijah agar kerinduan dan hasrat beliau pada khodijah meningkat, Rasulallah lebih banyak ibadah dan berdoa agar mendapat kesucian lebih tinggi , karena itu pengaruh makanan dan suasana kejiwaan orang tua selama berseggama berpengaruh besar pada perilaku sang anak kelak. Dan hasrat yang tulus, akhlak dan kesabaran orang tua berpengaruh pada penampilan  serta kecerdasan anak.
Generasi Rabbani,lahir dari bibit yang unggul, dari rahim seorang muslimah yang mencintai Allah, KekasihNya dan alquran, tidak harus mencari pasangan yang hafizh atau hafidzah. Yang penting sesorang itu sangat mencintai Alquran, punya komitmen bersama alquran, lisannya, akhlaknya, jiwanya terpelihara oleh alquran, belum ada jaminan hafizh/hafizah sudah melekat alqurannya sampai mendarah daging. Ya Allah kami berlindung dari hafalan alquran yang hanya sebatas kerongkongan padahal kami membaca kitab MU…Semoga semakin banyak generasi Rabbani yang terlahir. Aamiin……

Satu Ayat Yang Mengubah Hidupku

Kisah ini bukanlah kisah fiktif atau pun fiksi, kisah ini adalah kisah nyata dari pengalaman saya, sengaja saya tulis berharap nanti ada ibrah yang kita dapat dari pelajaran kisah ini. Kisah ini terjadi setahun yang lalu ketika saya sedang menghafal alquran di pondok tahfidz Jakarta bagian timur. Saya sudah mulai sakit-sakitan saat baru menghafal juz ke 30, saat itu keadaan hati saya sangat berbeda dengan apa yang saya hafal, saya tidak bisa menerima takdir Allah yang memberi saya ujian berupa sakit, saya kecewa dengan Allah, saya marah dengan Allah , merasa Allah tidak adil dan menghukum diri saya. Saya selalu menanggis meratapi keadaan diri, ada rasa iri ketika melihat santri lain yang sehat begitu cepat melahap ayat2 alquran untuk di hafal, sementara saya hanya bisa berbaring di atas kasur. Hati saya kotor, tidak bisa berfikir jernih, selalu saja bersu’udzhan kepada Allah. Hati saya keras padahal sudah ada hafalan alquran yang melekat di lisan saya. Ustadzah yang selalu memberi saya motivasi lewat untaian ayat-ayat alquran terkadang tidak pernah saya hiraukan, beliau selalu membaca kan ayat fhasbir shabran jamiilaa, dan ayat
قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ
Katakanlah: "Al Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman(QS.Al fussilat:44)
Dan ayat2 yang lain yang bisa menghibur diri dan ayat yang menyatakan bahwa alquran adalah obat kepada saya, jujur ayat itu tidak lah asing bagi saya, bahkan sudah di luar kepala, tapi hati ini menolak keras ayat itu. Di kala senja, ba’da ashar setelah saya selesai menyetor hafalan saya, saya masih di ruang setoran dan duduk di bawah dekat meja computer. Saya duduk sambil memurojaah hafalan yang lama, entah tiba-tiba saja sakit saya menyerang sehingga saya tertidur alias pingsan selama 3 jam lamanya (informasi dari teman saya yang bercerita setelah saya sadar kalau saya ini pingsan 3 jam), ketika pingsan saya dalam keadaan shaum daud. Saya tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, yang saya rasakan hanya ruh saya seperti berpisah dari jasad, saya mendengar suara teman2 yang ribut tapi tidak jelas, saya merasakan seperti ada sekat antara ruh dan jasad saya. Perasaan saya sedang berada di luar seketika saya berada di tempat kejadian masa lalu saya,kepala saya terasa berat, belum selesai perjalanan masa lalu tiba-tiba saya berhenti terkesima dengan lantunan ayat alquran
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
(Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?),
saya tidak tahu dari mana asal bunyi ayat itu, namun dari informasi seorang teman menjelaskan bahwa mereka sengaja menyetel mp3 murottal surat ar-rahman karena cemas jika saya tidak bangun lagi . Di dalam gelap itu saya menanggis mendengar ayat itu (air mata saya mengalir tapi tidak ada suara begitu informasi dari teman saya), dan ada suara lembut yang terdengar dari selingan ayat ar-rahman, “nisa bangun..ayo nisa kuat lawan ayo, teruskan perjuangan menghafal”, hanya itu yang bisa saya tangkap selebihnya sayu sekali kedengarannya. Tanggis saya semakin hebat , perlahan saya buka mata. Berat, berat sekali. Saya langsung meminta ustadzah dengan bahasa tubuh untuk membacakan surat al fussilat, namun dia menolak, “baca sendiri saja, kamu kan sudah hafal nis”. Saya buka mulut perlahan namun sayang begitu kaku untuk membaca ayat itu, air mata saya mengalir deras, beristigfar di dalam hati atas kekerasan hati, lalu seketika saya bisa mengucapkan ayat itu. Setelah kejadian itu saya mulai mengerti selama ini hafalan saya baru sebatas lisan, hanya sebatas tenggorokan, tapi belum mencapai hafalan keyakinan dan pengamalan. Sejak itu saya yakin dengan apa yang saya hafal, saya tidak meneruskan hafalan saya ke ayat selanjutnya sebelum ayat yang dihafal di fahami dan berusaha mengamalkannya, saya yakin alquran adalah obat, tanpa keyakinan tidak lah ada arti, saya ridho atas ketetapan Allah meski saat itu saya susah untuk berdiri dan berjalan.
Ketika pulang ke kampung halaman, saya belum sembuh total. saat sakit saya kumat, semua tulang terasa menarik membuat saya tidak mampu berdiri dan kepala yang berat, dalam keadaan seperti itu saya tayamum dan saya ambil alquran untuk mengulang hafalan saya, dengan keyakinan saya yakin bisa sembuh atau bisa mengurangi rasa sakit. Belum lama murojaah hafalan, sakit kepala saya reda, tulang yang sakit semakin samar-samar. Hingga sampai sekarang saya hanya berobat lewat alquran disamping meminum obat-obatan ketika semua dokter binggung dan angkat tangan…….
Setiap kali saya didera sakit, yang pertama saya buka adalah alquran baru lah saya minum obat. Sempat saya menguji diri untuk tidak minum obat 1 bulan, Alhamdulillah saya bisa beraktifitas. Dulu hati yang keras, hati yang sempit sekarang hati sudah lapang, ridho atas ketetapan allah dan menikamati ujian sakit ini walau entah sampai kapan akan selesai.

Nb:
Semoga anda yang sedang di uji dengan sakit, ikhlas dengan takdir Allah, prasangka buruk hanya akan membuat kondisi kita semakin parah, dekat lah bersama alquran. Dan bagi anda yang sedang menghafal, mari sama-sama kita berusaha menjadikan hafalan kita ketingkat pemahaman, keyakinan dan tentunya pengamalan, semoga kita terhindar dari istilah “burung beo”, yang hanya berucap tapi tidak paham dengan apa yang di ucapkannya. Wallahu’alam…

PERTOLONGAN ALLAH BEGITU DEKAT

Apa Kabar Sahabat Alquran?? Semoga kita selalu dalam keridhoan Allah. Sobat, saya ada sedikit pengalaman bersama alquran, sejak menghafal alquran saya merasa selalu ditolong Allah , dan urusan saya di permudah. Ada-ada saja cara Allah menolong hambanya. Terkadang sesuatu yang di luar kemampuan manusia, tapi kita sebagai muslim, tentulah harus yakin hal tersebut bukanlah kebetulan atau keberuntungan melainkan, sudah Allah atur dan semua nya ada campur tangan Allah. Ketika kita menjaga kalam Allah, Allah pun akan menjaga kita karena sesungguhnya Allah itu dekat. 
 Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.(QS.AL Baqarah:186)
Kejadian demi kejadian saya alami ketika saya menghafal alquran di Jakarta. Saya sudah suka sakit-sakitan awal saya memulai menghafal juz 30, seingat saya 2 hari setelah saya pingsan di asrama, saya meminta izin dengan ustadzah untuk menghafal/merenung/bermunajat di Masjid At-Tin, Masjid At-Tin ini tidak terlalu jauh dari asrama saya yang berlokasi di Ciracas, hanya membutuhkan waktu 20 menit dengan memakai angkot. Namun, Ustadzah mulanya tidak memberi izin karena khawatir jika saya pingsan di Masjid sementara di Masjid tersebut tidak diperbolehkan untuk tidur-tiduran, beliau khwatir jika saya lelah tidak bisa beristirahat. Karena saat itu memang saya suka sakit tulang belakang sehingga tidak tahan untuk duduk dan berdiri. Setelah saya bujuk, akhirnya beliau memberi izin saya dengan syarat sebelum zuhur sudah pulang ke asrama.
Sekitar jam 8 pagi saya sampai di Masjid, masih sepi. Hanya ada marbot masjid saja yang terkadang membersihkan masjid. Setelah shalat Dhuha, saya langsung membuka mushaf, memulai murojaah sedikit dan diteruskan menghafal. Saya pun menanggis sejadi-jadi nya meminta kesembuhan pada Allah. Sekitar 2 jam sudah saya bermunajat, saya kelelahan, rasanya mau pingsan memang, kepala terasa berat,tulang saya semakin sakit. Saya pun mengambil posisi di belakang bersandar di dinding masjid. Saya ingin pulang, namun kondisi saya saat itu tidak memungkinkan untuk berjalan lama. Saya pun berdoa agar diberikan kekuatan minimal untuk berjalan pulang saja. 15 menit sudah saya bersandar, entah dari mana asalnya tiba-tiba datang seorang wanita, kelihatannya lebih tua 3 tahun dari saya. Dia menyapa saya.
W : Assalamu’alaikum, ukhti kelelahan?
Me :Wa’alaikumsalam, saya hanya tersenyum
W : ini saya ada minum dan sedikit kue (ia sambil menyodorkan kantung kresek hitam)
Me : ya syukron, balas saya.
W : maaf, saya lihat ukhti sedang menghafal alquran? Tapi nampaknya ukhti sakit, pucak sekali.
Me : Alhamdulillah. ya,
W  : rumah ukti dimana, sendirian kah kesini?
Me : Rumah saya di Palembang, saya anak rantau, disini saya tinggal di asrama tahfiz di ciracas. Saya ingin pulang tapi sedikit merasa pusing.
W : Ya Allah,kalau begitu ikutlah bersama saya, akan saya antar ukhti ke asrama. Saya naik motor.
Me :Masha Allah, terima kasih banyak mbak. (dia pun merangkul saya berjalan menuju keluar masjid, mulut saya tidak henti-hentinya mengucapkan Alhamdulillah).
Alhamdulillah sobat, saya di antar beliau, entah sampai sekarang saya tidak tahu namanya, dimana rumahnya. Hanya doa yang bisa saya hanturkan buat kebaikan beliau.
Kejadian kedua. Ketika saya sudah pulang ke Palembang. Pagi itu, saya mau ke rumah sakit, dengan mengendarai sepeda motor. Sudah menjadi kebiasaan saya, murojaah di motor.  Diatas jembatan Ampera ada motor yang menyalip dengan melaju cepat. Setelah mendahului saya, motor tersebut terjatuh sehingga terjadi tabrakan beruntun. Ada sekitar 4 motor dan 1 mobil yang tertabrak, termasuk motor yang saya bawa hampir ikut juga. Saat kejadian itu, sekitar 5 cm jarak motor saya dengan motor yang beruntun itu, kesadaran saya seolah sudah pasrah, Alhamdulillah Allah menyalamatkan saya, Tiba- tiba saja tangan saya tergerak dengan cepat mengelak padahal kondisi saya saat itu sudah lemas. Beruntungkah? Bukan! Tapi Allah yang sudah menolong saya, Jika bukan Allah yang mengerakkan tangan saya, bisa jadi saya sudah ikut serta di sana.
(Ada kisah pengalaman yang lain, Bersambung ya…….^_^  )

Rabu, 20 Juni 2012

Istiqomah Di ujung Nafas....

Ketika ku tulis catatan ini, air mata ku pun terus mengalir deras. Tulisan ini bukanlah karangan, tapi rintihan dari hati yang terdalam. Tak pernah ku bayangkan sebelumnya jika menjadi penghafal alquran tidaklah mudah membalikan kedua telapak tangan,karena surga yang kita tukar. adakalanya hati menjadi dingin. Dingin, dan terus memaksa hati untuk berada di jalan ini walau tak ada tepi kesudahannya. Ini sudah jalan hidup yang telah aku pilih, meski terkadang sesak untuk menghirup udara ketika hati menjadi dingin. Kembali mengupdate hati yang dingin dengan munajat tiada batas. Aku yakin, setiap perjalanan seorang penghafal alquran, akan pernah mengalami hati yang dingin, baik itu aku, kamu , dan siapa pun.

Beruntunglah kamu yang mendapatkan dukungan di jalan ini, dukungan dari keluarga, ayah dan ibu mu yang memperhatikan hafalan mu. Jangan kamu sia-siakan dukungan itu.  aku dan kamu yang tidak pernah mendapatkan dukungan dari keluarga bahkan dimusuhi.Kita memang harus mencari secercah semangat dari luar sana. Disaat inilah hati berubah menjadi dingin, di ujung nafas memohon agar diberi keistiqomahan, di sini kepasrahan ku gantungkan, bukan kepasrahan tanpa usaha. Di kepasrahan aku belajar untuk memberikan hafalan hanya untuk Allah, meski tiada dukungan. Belajar dari kisah Uwais alqorni, yang terus mengikhlaskan diri hanya untuk Allah. Hanya untuk Allah, bukan karena ingin disebut orang yang selalu ada didepan barisan alquran, ulama, ahli ibadah, ahli quran, ahlullah. Allah telah memilih aku dan kamu di jalan ini, maka kita harus memperjuangkan hinga di ujung nafas, meski aku dan kamu tersandung batu dan jatuh menjadi luka. Aku yakin Allah melihat proses kita, bukan hasil akhir. Jika cukup memindahkan ayat cinta di kepala, sangat mudah! mudah sekali! namun, istiqomah untuk menyatukan hati, tindakan, dari ayat cinta Nya membutuhkan kesadaran, kekuatan, dan terkadang  hati berubah menjadi dingin. Mungkin disinilah ujian bagi penghafal alquran.Jika kita tidak pernah resah dengan sikap yang sedikit tidak sejalan dengan alquran, maka perlu di pertanyakan ada apa dengan hatinya, hanya hafal sebatas lisan kah?

Istiqomah di ujung nafas, memang tidak mudah. sedikit untuk menghibur diri sendiri dan diri kamu, meski tiada dukungan, yakinlah para malaikat di langit sana semua mendukung dan mendoakan kita. Dukungan yang lebih dahsyat dari dukungan manusia. Dukungan yang menguncangkan 'arsy, dan membuat para hati malaikat cemburu. Ketika Allah telah menyeburkan diri kita di dunia penghafal alquran, kita punya kewajiban untuk memantaskan diri sebaik-baik mungkin meski jatuh bangun. "Tidak masalah berapa banyak nya kita jatuh, tapi bangkitlah sebanyak-banyaknya". Salam cinta ku untuk semua penghafal alquran......

"saling mendoakan ya........"


By: Annisa

My Journey From Christianity to Islam

Bismillah hir-Rahma nir- Raheem

My story in short is that I am a girl who was born to a Christian family and therefore followed Christianity until January 15th 2006 when I converted to Islam, most thankful to God.

I grew up in a non-too-religiously-committed Christian family, my father was an atheist, though he never tried to influence us nor he ever interfered in our choices, and my mother was a Christian by birth and tradition, and she brought us up this way.

We went to Nuns Schools therefore learning Christian religion was a must, and we had to attend the mass on Sunday with the rest of the parish in addition to a Wednesday special mass for the students. I never liked the rituals of the mass nor did I feel connected with God through those rituals, yet I used to practice it with interest because of my conviction that prayer is the only connection with God, the only way to express my appreciation and do my supplications, but deep inside me never felt heart warmed with the process maybe because of all the festive appearance in the church and its visitors, also the method of the prayer through the priest did not appeal to me, why should I need a third party to connect me to God, let alone when that third party is as human as I was? Ever since I was a child we had a Muslim cleaning lady who used to come help my mother in the house, and she used to pray timely, I used to watch her with fascination, I used to notice her shining with faith, even though she was praying alone and not in a worship house, I once asked her "do u feel God close to u when you pray?" she said "yes, when u pray u feel His spirit next to you", as simple as her reply was but it touched the core of my heart, ever since I used to envy the Muslims with every Athan thinking they are now praying, thus feeling the spirit of God close to them.



I grew up within Christianity and stayed like that, sort of accepting it as is until my early thirties, when I joined the communist party and then I
 stepped away from religion and my thinking of God became closer to an atheist, but I never could deny His existence as a whole, and stayed like
that for few years until I quit the party, but my relation with God stayed abrupt, and I only went to church for Christmas and Easter and to participate in any social occasion.





With time I started feeling that it is not enough for to only believe in God, and was tired of that abrupt relation with Him, so I concluded that to strengthen the tie with him I have to strengthen my relation with my religion, and the agony started again, every time I came closer to the religion and its teachings I faced the same question torturing me



Who is God?



Is He the father?



Is He the son?



Or is He the Holy Spirit?



God in one on all those three, that was the same answer I always got, but never was convincing to me, how could God have a son? And how could He say it is Him that son? Why did He need a son to prove that he's a God?



Why do I as a Christian only need to connect with God through Jesus, if he were a prophet, then he was as human as we are, though with a higher rank of sanity, but I don't need him to connect me with God, at the end he was God's messenger who delivered God's message, as did other prophets, and if he was God, how could I worship two Gods?



I started reading more in my desperate tries to come closer to God through this religion, to which I was born, started to worry, I can't accept most of
its teachings, specially the basics, started to feel that the Holy Book is not the word of God as He sent it, I found in the Holy Book many signs that
*Jesus was only a prophet sent with a message to finish what came before him,* and actually most of the signs and from the bible gave that
implication.





Matthews 18:11 and the son of man is come to save that which is lost

John, 12:19 For I have not spoken of myself*:* but the *f*ather which sentme,



Matthews 5"17 Do not think that I have come to abolish the Law or the Prophets; I have not come to abolish them but to fulfill them





Mark 10:18 Jesus said to him: why callest thou me good? There is no man good but one, which is God



Mark 9:37 Whosoever receive any such a child in my name, receiveth me. And whosoever receiveth me, receiveth not me, but him that sent me.



John 17:3 This is life eternal, that they might know thee that only very God, and whom thou hast sent Jesus Christ.



And so many other examples from the bible how Jesus never claimed he was God but he always affirmed he was the son of Human.



So where did the idea of Trinity come from, and that Christ is God, the son of God ?!!?!?!



A dilemma that bothered my brains for years.



Another important issue puzzled my brains; why did God have to come down to earth in a form of a human? Why did he have to kill "his son" to take away our sins? Why did He have to bribe us to love him? Aren't we bound for him for our mere existence and creation? What would be the purpose of our life if we live with no sins? And where is the divine justice in having one person take the burden of others sins and mistakes?



And if Christ died while on the cross, then should this mean that God died??? How could this be?



The only answer I got from those who wanted to prove Christ's divinity that he did miracles, but other prophets did too!!!



Him rising from the dead after three days is something only gods can do, but wasn't Elias carried to heaven on a carriage of light, as per the old
testament?

I was never convinced with the answers



*The only answer that I could believe and be convinced with was coming from my inside which was that the idea of salvation and Trinity were added to Christianity upon the outset of spreading Christianity from Constantinople, where the bibles were published with this current shape, for the purpose of convincing people easily of following that new religion, where the idea of one God was not common, so making them three would be easier for people to grasp and that new religion will take away all their sins *

* *

Another important point, was the bible the word of God? And due to having so many different in identical versions of the bible raised my doubts about the authenticity of the bible as the word of God and started researching the issue until I heard a debate by Late sheikh Ahmad Deedat with an American priest under the title of "is the Bible the World of God" and all the points he raised were so sensible to me and made so much sense, and I noticed through Sheikh Deedat's works how so many signs from the Old testament that indicate the mention of Prophet Mohammad which are totally ignored, and my trip to Islam began.





And what helped me explore it more, that at the same time of my quest the attack on Islam in the international arena has got stronger, and I've hear
so many interpretations from within some Muslim factions which came to me contradicting to what I know of Islam, having lived all my life in with a
Muslim society, so started digging out for the truth and base for such interpretations, only to find out the TRUTH of Islam which I found a religion that can absorb everyone, and calls for the worship of One and Only God and calls for peace and forgiveness and addressed every single aspect of
life, which made it a more realistic religion for me as opposed to Christianity which I found too spiritual for my taste, let alone the other essential differences that I could not accept nor comprehend

I found Islam a religion that calls for people to appreciate God for what He is and for what they are without the need for any mediators with clear cut
instructions that covered the lives of all Muslims.

Instinctively I felt Islam settle in my heart without any resistance, and talked to my mind with ease, I found my self fitting in it as if I was born to be a Muslim, the prayer satisfied me and my need to get closer to God, and I fasted last Ramadan and read the whole Quran, I found myself spiritually involved in that religion accepting it from all angles, I felt so much inner peace in it, and after Ramadan there came Christmas followed by Adha and it was a good test for my conviction, at Christmas I didn't feel any kind of spiritual attachment nor connection, while on Adha I found myself fasting Arafah day, when I decided that Islam is the Religion for me, and I pronounced the Shahadatin on the 15 th of January, Wal Hamdulellah

(Khadijah)

Ketika Pilihan Ku Selalu Ditolak....

Sebut saja namanya Zahra (bukan nama sebenarnya), Zahra adalah gadis yang sangat taat kepada kedua orang tuanya. Zahra sangat mencintai Islam dan ingin mendalami Islam lebih dalam. Walau sebenarnya tidak ada keluarganya berasal dari  santri, tapi Zahra punya keinginan setamat SD ingin masuk pondok pesantren lalu kuliah ke Al Azhar university mesir. Tapi sayang, keinginan itu tidak terwujud karena ayah dan ibunya tidak menyetujui nya, ayah nya ingin Zahra menjadi dokter, sehingga tanpa sepengetahuan Zahra dan bermusyawarah terlebih dahulu, Zahra sudah di daftarkan ke SMP negeri yang ternama. Zahra hanya pasrah, walau sebenarnya dia tidak suka, dia berusaha untuk ikhlas menerima ketetapan Allah ini. Sempat terpikir dalam benak Zahra ingin menjadi anak asal-asal saja di sekolah, tapi...apalah guna baginya, semua itu tdk akan bisa membuat ayahnya luluh. Zahra berbeda dg anak2 yang lain, yg menjadi stess dan menjadi anak ugal-ugalan bila berbeda pendapat dg ortunya. Karena Islam lah yg membuat Zahra tetap taat pada ortunya.Dlam usahanya tetap belajar ikhlas, Zahra termasuk anak yg berprestasi di sekolah, juara umum selalu dia dapatkan. Hingga, akhirnya Zahra memang harus mengubur dalam2 cita2nya ingin kuliah ke Al azhar. Dia diterima di universitas sriwijaya fakultas kedokteran. Hari demi hari ia lalui sambil mengobati hati yang sempat terluka. Suatu saat, Zahra sempat berta’aruf dengan ikhwan yng msih kuliah di LIPIA Jakarta, akhirnya mereka memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Tapii....lagi2 saat ikhwan ini datang ke rumah Zahra, hendak meminang Zahra. Kedua orang tua Zahra menolak mentah2, hanya alasan ikhwan itu belum punya pekerjaan tetap. Ternyata kedua ortu Zahra ingin anaknya menikah dengan laki2 yg bekerja di Pertamina, sebagaimana Ayah Zahra bekerja.
Untuk kedua x nya Zahra harus ikhlas menerima keputusan itu, ia menanggis dalam sujud2nya, bukan karena sedih tak berjodoh, tapi sedih dengan cara kedua ortunya yang menolak mentah2. Ujian keimanan ini tidaklah membuat Zahra sedih berkepanjangan, dia tetap menghormati ayah dan ibunya. Tiga bulan setelah lamaran,

Ternyata rencana Allah memang lebih indah, tidak jadi menikah Zahra didekatkan Allah dengan Alquran, Allah memberi kado terindah kepada Zahra untuk menghafal alquran di Jakarta. Tapi....lagi2, saat ingin meminta izin kepada ortunya, keduanya menolak, bahkan bukan hnya menolak, tapi mencurigai Zahra kalo kepergiannya ke Jakarta karena ingin mengejar laki2 yg pernah melamarnya. Zahra sudah menjelaskan kalo niat dia benar2 karena Allah, bahkan sampai bersumpah dan bersujud dikaki ayahnya. Tpi hanya kata2 kasar yg keluar dari mulut ayahnya. Karena bujukan kakak Zahra, akhirnya ayah dan ibunya merestui kepergian Zahra ke Jakarta.

            6 bulan sudah Zahra di Jakarta, melewati hari demi hari dengan Alquran.Ternyata tak sampai disitu saja ujian Allah. Zahra mendapatkan ujian spesial dari Allah, yaitu sakit. 6 bulan terakhir itu dia suka sakit2an, tapi Zahra menyimpannya dari keluarganya. Hingga saat zahra jatuh pingsan, pembimbing pondok memberi kabar kepada keluarga Zahra. Karena sakitnya Zahra disuruh pulang ke kampung kelahirannya, walau sebenarnya hati Zahra tak mau pulang. Saat pulang, Zahra bukannya di sambut baik, tapi di jatuhi kalimat2 ucapann yang menyakitkan, baik dari ayah ibu dan saudara2 kandungnya. Ibunya bilang ”kamu itu gak sakit, tapi karena kamu itu terlalu bnyk pikiran, niat kamu ngafal quran itu gak tulus tapi ada niat yang lain, ada yg kamu pikirkan selama disana, pasti kamu itu memikirkan laki2 itu kan?? Sudah sekarang kamu tidak usah kembali lagi ke jakrta, teruskan kuliah kamu. Sakit hati ibu ini kamu gak pernah nurut.” Zahra menanggis mendengar kata2 itu keluar dari seorang wanita yng ia hormati, ”Bu sumpah demi Allah,tak pernah melintas dlm pikiran ku utk mengejar laki2 itu, sejak kalian menolak lamarannya sejak itulah kami tdk pernah berhubungan lagi. Ya, aku memang banyak pikiran disana, aku memikirkan kalian keluarga ku yg sampai saat ini masih tak percaya dg ku, padahal kalian keluargaku yg tau aku dari kecil tapi kalian seperti org asing. Sementara org2 yg baru kenal aku bbrpa bulan  mereka percaya dg ku, bhkan sangat percaya. Baiklah aku memang tidak sakit, tak perlu aku berobat.”, jelas Zahra sambil menanggis.

Dada Zahra terasa sesak, dinding dikamarnya terasa seperti ingin menghimpit tubuhnya, kata2 itu membuat Zahra terpukul. Zahra terus berdoa kepada Allah, agar Allah saja lah yang menjelaskan semua perasaanya kepada keluarganya terutama ayah n ibunya. Seminggu sudah zahra di kampung halamannya, Zahra hanya menahan sakitnya, jika sakit ia mengunci pintu kamarnya, percuma aku mengeluh toh ibu saja tak percaya.” ungkapnya
Minggu ketiga saat zahra ingin siap2 ke kampus , Zahra jatuh di kamar mandi, lalu dilarikan ke UGD rumah sakit pertamina. Disaat itulah dokter menjelaskan penyakit Zahra, ”anak ibu sakit jantung rematik, syukur cepat di bawah ke rumah sakit. Katup jantungnya sudah bocor, perlu dirawat intensif”. Jelas dokter.
Sang ibu langsung menanggis di pangkuan Zahra, sementara ayahnya berdiri kaku tak mampu berkata apa2. Ibu langsung meninta maaf dengan Zahra.

Zahra sangat senang akhirnya Allah lah yg menjelaskan semuanya kpd ortunya, bukan kata maaf dari ibunya yg Zahra harapkan. Tapi kasih sayang, dan pengertian keluarga. Sejak itu Zahra mengungkapkan isi hatinya kalo dia msih berniat tuk kuliah syariah, dia tdk minat kuliah kedokteran. Sejak saat itu juga ibu ayahnya sangat perhatian, pendirian yg dulu sangat kokoh, kini semakin rapuh dan luluh. Akhirnya, ayah dan ibunya merestui Zahra kuliah sesuai keinginannya. Akhirnya, Ridho itu ia dapatkan, dia lulus di imam muhammad ibnu Suud islamic university (LIPIA). Kini, ia hidup dibwah naungan alquran, walau sakitnya sudah semakin mengerogoti jantungnya...


Ibroh dari kisah nyata ini:

Tetaplah kita taat kepada kedua ortu kita walau terkadang mereka menyakiti kita, karena sakit yg kita rasakan tak sebanding dengan sakit saat ibu mengandung dan melahirkan kita. Berkorban jiwa dan raga. Sebaik-baik rencana adalah rencana Allah..

Berjuang Bersama Surat Cinta (part 1)

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.(QS. Al-Ankabut:2-3)

Uhh…uhh…uhh..ku hembuskan nafas perlahan-lahan sambil mengelus2 dada ku, merenungi makna ayat 2-3 dari surat al ankabut yang dari tadi aku pelototi, dalam..!! makna yang sangat dalam..”Apa iya aku sedang di uji Allah??” “rintih ku dalam hati..
Rasanya aku belum sanggup dengan ujian Allah ini, ya terhitung bulan Maret 2011 yang lalu aku sakit2an…

Bermula…dari 2 minggu setelah aku mendapat SIM (Surat Izin Menghafal) dari ustadzah2 ku, aku terbaring sakit, awalnya aku kira hanya demam biasa bila minum paracetamol, 2-3 hari bisa langsung sembuh..Tapi aneh, sakit ku malah menjadi2, tulang belakang ku sakit, disertai nyeri pada persendian, hampir aku tak mampu berdiri..
Walhasil, hari ke 5, aku sembuh…Subhanallah, Allah mengirimkan kesembuhan lewat teman2 seperjuangan ku dalam menghafal Alquran, mereka selalu siap sedia jika penghuni rumah alquran sakit, baik dari madu, minyak but2, habasauda, dan bekam..

Esoknya, aku bisa kembali menghirup udara segar di bawah pohan rambutan, tempat ku mangkal buat ngafal, tidak hanya aku duduk di bawah pohon, ada sebagaian santri yang lain tapi jarak kami cukup berjauhan..Walau JAKARTA cukup terkenal dengan polusinya, tapi Asrama RQ An-Nadwah cukup sedikit segar karena dikelilingi beberapa pohon rambutan dan jambu…Terasa Rindang dan teduh..Tapi hari itu, tak sesegar udara yang ku rasakan, pikiran ku tiba2 saja kalut, dan ayat2 yang ku hafal tidak masuk2, padahal sudah 5 jam aku duduk di tempat perjuanganku,

Ahhh…..ahhh…!!!! ada apa dengan mu nisa?? “Lirih ku pelan..
Dada ku membuncah, entah apa yang aku rasakan, tak mampu aku ekspresikannya, hanya kepalaku saja yang terasa nyut..nyut…nyut..
Aku melangkah pelan..menghampiri kak Yusro yang dari tadi  mulutnya sibuk komat kamit menghafal. Saat kak yusro mengambil nafas, aku bergegas membuka omongan..

“Eh, Afwan nih kak ganggu…
“Kenapa dek ?” Jawabnya singkat
“kok dari tadi aku menghafal gak ada satu ayat pun yang lengket, kenapa susah banget sih kak??

Kak yusro menatapku dan tersenyum..

“kk dlu jg gt kok dek, namanya baru2 menghafal jadi penyesuaian, coba aja terus dan jgn berputus asa, gak ada yang susah…Inget ya..firman Allah di surat Taha ayat 2 “ “Kami tidak menurunkan Al Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, terus Allah juga menjelaskan di Surat Al-Qomar ayat 17 “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
Nah, jd adek harus tetap Semangat dan usahanya lebih maksimal..Udah ah kk mau muroja’ah nih..

“owww….iya deh kak, Syukron ya…” jawabku

Shalat Ashar sudah, mandi pun juga sudah..jantung ku semakin berdebar-debar, jadwal setoran hafalan sudah dimulai 15 menit yang lalu, tapi kaki ku terasa berat melangkah ke ruang setoran..”Ya Allah apa yg hrs aku setorkan?”.. Tiba2 terdengar teriakan dari dalam ruangan “Kak nisa, ayo setoran..sekarang gilirannya kakak…!!! Astagfirullah, teriakan itu membuat  kerja jantungku semakin memompa tak keruan,…
Ku ambil nafas dalam-dalam, “ayo nisa, km harus maju, harus siap menerima apa pun yang terjadi”, ku yakinkan diri ku…

Trek…trekkk.. ku geser kursi di depan ku, aku langsung duduk dengan wajah  tegang..
Aku diam”, Ustadzah Fatimah menatapku tajam..”kok diem?? Ayo cepetan mulai…
Lalu ku buka dengan bacaan ta’auwz…terus..tiba2 aku mentok di pertengahan ayat..ku pejamkan mata sambil berusaha menginggat ayat selanjutnya…mulutku kaku, tak mampu melanjutkan lagi…hamper 5 menit aku terdiam kaku,

“Apa aja kerjaan kamu hari ini nisa?, nyetor 2 halaman aja gak bisa, padahal anti itu punya waktu 24 jam bersama Alquran, kalo ngafal tuh focus…focus

Tak mampu menjawab, aku hanya tertunduk malu..

“Ya udah sana….saya kasih wktu 5 menit buat ngafal, terus kembali lagi kesini dengan syarat setoran 2 halaman dan lancaaaaaar……” Tegasnya tanpa senyum..

Bukannya menghafal, tanggisku malah meledak,….

                                                ****

Tiba juga hari minggu yang sudah aku tunggu2, dimana pada hari itu semua kegiatan tahfidz libur,..saat itu aku tak kemana2, hanya duduk membaca buku di ruang perpustakaan, sambil mencari-cari tekhnik menghafal yang mudah… Sudah 2 jam aku duduk di perpustakaan bersama Ustadzah Mahfudzoh, yang sibuk dengan laptopnya, nampaknya beliau sedang mengerjakan tugas kuliahnya. Eh, tiba2 beliau mengajak ku makan mie ayam bareng..wah…wah…baru kali ini aku di ajak makan bareng sama beliau hehehe..Alih-alih karena malu, beribu alasan ku tolak ajakan nya,

 “syukron ustadzah, nanti aja, ana mau sholat dulu, kan uda adzan magrib tuh ..”
“oh iya ya, yukz kita sholat dulu, tapi setelah sholat anti janji ya kesini, makan mie ayam ni, soalnya ana gak habis kl makan sendirian…ok”,
“ok”, jawabku sambil berjalan menuju kamar mandi..

kepalaku nyut…nyut lagi, terasa berat sekali, ingin rasanya langsung berbaring, tapi ustadzah mahfudzoh memanggilku, yah sebagai apresiasi dan menepati janji,  langsung saja ana bergegas melangkah menuju beliau, tapi………….Pandanganku kabur, kepalaku semakin sakit, sakit sekali…

Breeeekkkkkkk……….breeeeeekkkkkkkk……Air minum yang ku bawa jatuh, sementara aku bertahan menumpuhkan tubuhku di dinding, aku pingsan……setengah sadar dan setengah tak sadar…Semua penghuni asrama heboh,…
Mataku tak mampu membuka, hanya terdengar suara sayup2…Nisa, bangun..bangun sayang…


Esok paginya, aku sudah sadar, menyantap bubur ayam yang dibeliin kak Arta, masih terbaring di atas kasur, kepalaku masih sakit, tulang belakang dan persendian ku nyeri, dan kaki kiri ku kaku tak mampu di gerakkan..
“ALLAH………..”, Jeriit ku dalam hati..
Tak sadar menetes air mataku……

”Kenapa kaki ku mi?”, tanya ku dengan ami (teman ku yang sebaya umurnya), “aah..emg kaki anti gak bisa digerakin neng?”, amik panic, langsung memanggil ustadzah Fatimah…
Ustadzah Fatimah langsung duduk disamping ku, “sini coba saya pijet dulu, mungkin cuma kejang..”,

Sudah 30 menit ustadzah fatimah memijat kaki ku, tapi hasilnya nihil..masih tetap gak bisa digerakkan..
Tak ada yang banyak mereka lakukan, karena pertolongan pertama sudah dilakukan tapi sakit ku masih tak kunjung membaik,
Akhirnya aku harus digendong bila mau ke kamar mandi, makan di siapkan, baju di cuciin…

“Ya Allah…sungguh tak berdaya diri ini, sungguh malu aku dengan teman2, banyak sekali aku merepoti dan mengambil waktu menghafal mereka untuk mengurusiku..

Saat setoran hafalan pun, ustadzah fatimah yang menghampiri ku di kasur, terkadang beliau sambil duduk, terkadang juga berbaring di samping ku, hikmad menyimak aku setoran atau ujian, terkadang sambil tertawa menghibur ku…


Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". Hibur ustadzah Fatimah kepadaku sambil membacakan Surat Al Fushilat ayat 30 dengan suara lirih…

                                                                             ****




Sejak hari itu juga, kesehatanku suka labil dan suka kumat2an, bahkan sudah hampir setiap hari aku merasakan kesakitan di sekujur tubuhku, setiap jam, setiap menit dan setiap detik…Bertahan !!!...aku tetap bertahan, tetap berusaha menghafal, tetap muroja’ah, tetap mengikuti shalat QL berjamaah (1juz), meski terkadang tubuhku tak sanggup berdiri lama, disebabkan nyeri di tulang belakangku dan nyeri dada…
Hari demi hari ku lalui perjuangan melawan sakitku ditemani sahabat sejatiku Al-Qur’an, tidak mudah teman, menghafal sambil menahan sakit yang menjalar disekujur tubuh,..sore itu aku sedang futur..Semangat kendur, capek…ya aku lelah dengan keadaan tubuh yang sakit2an ini, emosi ku pun membuncah…..



“ALLAH……………………………………………..!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
ALLAH…….AKU LELAH….!!!!!! “Teriiiaaaak ku lantang di lantai 2, di ruangan kosong yang masih di renovasi itu membuat suaraku bergema…Sepi !! tak ada satu orang pun di ruangan itu..
Sambil memukul-mukul dinding, tanggis ku menjadi-jadi…….sambil menahan sakit, air mata ku tak mampu ku bendung lagi, mengalir deras membasahi jilbabku……(sudah menjadi kebiasaanku ketika aku tak mampu lagi menahan rasa sakit, hanya tanggis yang bisa aku lakukan)

“Ya Allah nisa,..anti kenapa?? Sakit lagi?? “, tiba2 Ami sudah ada disampingku..
Aku tak menjawab, hanya tanggis yang terdengar…

Ku tatap dalam wajah Ami, mulut ku mulai membuka “tinggalkan ana sendirian disini, please, ana pengen sendirian,jgn khawatir…ana baik2 aja”, pintaku pada Ami

Sudah puas dengan tanggisku, aku bergegas turun ke bawah, mengikuti shalat magrib berjamaah…

“Hai, apa kabar jamilah…??”, sapa ustadzah Fatimah
“baik”, jawabku…tapi ia menatapku tajam, semakin dalam tatapannya, mungkin dia heran melihat muka ku yang memerah dan mata yang bengkak…..

“Habis nanggis?”, tanya nya heran..

Hanya senyum yang ku lontarkan kepadanya, bergegas aku langsung sholat sunnah rawatib..

                                                ***

Pagi yang cerah, secerah hatiku yang mulai beresemangat lagi..entah energi dari mana, diriku seperti di setrum aliran listrik, berdiri tegap..hari ini aku mencari suasana baru, menghafal di ruang perpustakaan, ternyata kak Mayar sudah dari tadi duduk menghafal di perpustakaan.

“boleh gabung ya kak?”, basa basiku…Ia menjawab dengan senyum manisnya,

Ku buka lembaran mushaf ku, ku mulai berjuang bersama bait-bait lantunan ayat-ayat cinta Allah….Subhanallah,….aku takjub, 1 halaman mushaf selesai dalam waktu 30 menit, ini benar-benar di luar kesadaranku, walhasil, hanya membutuhkan waktu 1 jam bagiku untuk menghafal 2 halaman mushaf….selanjutnya tinggal muroja’ah mempelancar hafalan…Demi Allah, innama’al ‘usri yusro, wa innama’al ‘usri yusro, Allah memberikan kemudahan menghafal kepadaku, meski sambil menahan sakit ketika menghafal, tapi diselang muroja’ah sakit ku malah menjadi-jadi, rasanya badan ini remuk semua, tak kuasa menahan sakit, aku menanggis sambil menundukan kepala di atas meja..Kak Mayar binggung melihat tingkah ku, ia melangkah mendekati ku..

“Sabar ya dek,” Nasihatnya,…lalu dipeluknya aku sementara tangannya mengusap-ngusap ubun-ubun kepalaku. “laa yukalifullahu nafsan illa wus’aha dek”, lanjutnya…

Ku tegakkan kepalaku, ku usap tetesan air mataku, “benar, aku harus kuat”, batin ku..

Sore ini, aku mendapat giliran pertama kali menyetor hafalan, Alhamdulillah aku menyetor 2 halaman dan lancar,…

“Barakallah….barakallah…barakallah…tetap semangat ya?”, ucap ustadzah Fatimah setelah mendengarkan setoran ku…Senyum lebarnya membuat aku jadi Ge-Er hehehe…^_*

Aku masih duduk di ruang setoran sambil muroja’ah hafalanku, sementara kak Yusro yang duduk disampingku, sibuk memintaku memberi soal ujian buatnya…kami pun larut saling tukar soal ayat-ayat yang sudah kami hafal…Entah, sudah sampai ayat dimana, aku tak lagi terlalu memperhatikan kak Yusro, lama kelamaan suara kak yusro dan suara teman2 yg sdg setoran hilang seketika dari pendengaranku..kepalaku tersandar di meja computer, lemas tak berdaya !!! kesadaranku hilang.!!

“Hei nisa, kok stop…ah tidur aja kerjaannya”, celetuk kak Yusro

Setelah itu aku tak tau apa2 lagi….
Ruh ku seperti pergi dari jasadku,..Meski pingsan masih ada sedikit kesadaran yang ku rasakan, tapi gelap ruangan itu gelap, semua badanku tak sanggup aku gerakan, Hanya Allah yang terlukis di pandangan gelap itu, terekam ulang memori-memori masa lalu ku, dosa-dosaku…dalam gelap itu ingin rasanya menanggis, tapi sulit, aku seperti tak sedang berada di jasadku…Sayup-sayup terdengar…”pingsan,,,tidak tidur..tidak tidur”,
Aku berusaha menggerakkan tanganku, namun kaku, kepalaku sakit….

“Ar-rahman………Fabiayialairobbiqumatukasiban….”, suara sayup dari murrottal, air mataku menetes mendengarnya, lalu terdengar……..

“Nisa pasti kuat, ingat kedua orang tua anti, mereka menunggu anti menjadi hafidzoh, ingat semua cita2 anti…ayo bangun Nisaa..buka matanya, pasti bisa…Nisa kuat, nisa kuat…”, hanya itu yang bisa ku tangkap selebihnya aku tak tau……..

                                                            ***

Entah sudah berapa jam aku pingsan, kini mataku perlahan-lahan membuka meski terkadang ku pejamkan lagi, berat…….hari sudah larut malam, aku di pindahkan ke ruang tidur…Di sana ustadzah Fatimah sudah menunggu ku, sesekali dia memijat jari-jari kaki ku dan menyuapi sari kurma dan obat herbal sambil mencandai ku……Kak yusro dan ami tidur di sampingku, menemaniku….
Minggu pagi, kami semua kumpul di musholla, jadwal periksa buku mutaba’ah para santri, yang di periksa oleh ustadzah Fatimah…semua muka para santri tegang, ada yang menunduk..bila buku mutaba’ahnya di buka oleh ustadzah…hingga akhirnya buku mutaba’ah ku yang di buka lalu diperiksa ustadzah..

“Subhanallah, tilawah cukup, muroja’ah jalan, dan setoran lancar”, ucapnya sambil membolak balik lembaran mutaba’ah ku…


“hem….seharusnya antuna belajar dari Nisa, dalam keadaan sakit setorannya lancar, menahan rasa sakit masih bisa ngafal 2 halaman, sementara antuna orang yang normal tidak mampu menyetor 2 halaman, setoran mandet-mandet…”,

Aku pun langsung tertunduk tak enak, “Astagfirullah…ya Allah ampuni dosa2 hamba”,

Aku duduk termenung di ruang perpustakaan, buku yang dari tadi ku pegang belum juga aku baca, aku masih teringat kata2 ustadzah Fatimah…”aku berlindung kepada MU dari rasa ujub”, doaku..

“hei…kok ngelamun sih?”, ……

Teguran ustadzah Fatimah membuyarkan pikiranku,..”eh, ustadzah…”,
Tangannya merangkul buku kecil di rak, lalu bergegas melangkah keluar perpus,

“Ustadzah………”, panggilku
“ya…”,
“Maaf ni ustadzah, ana kok jadi gak enak sejak ustadzah bilang ke teman2 harus belajar dari ana, bukankah masih banyak kekurangan ana, ana benar2 takut nanti jadi ujub, lagian apa yang ustadzah lihat belum tentu benar..”,

Dia tersenyum manis, lalu ku balas dengan kerutan alisku…

“Nisa sholehah, sya gak bermaksud tuh buat kamu ujub, sy hanya ingin mereka itu berfikir dan mengambil pelajaran dari kehidupanmu, seharusnya kamu senang karena kehadiranmu orang-orang jadi bisa mengambil pelajaran, udah deh jangan mikir aneh-aneh…” jawabnya sambil mengelus-ngelus ubun2 kepalaku dengan tangannya

“ya..ustadzah”, angguk ku

“ok nisa manis…cantik…hehehe…,” dia semakin memanjakan ku dengan elusan tangannya di ubun2 kepalaku..





Jarum jam menunjukan pukul 20:00 malam, jadwal muroja’ah dimulai, semua santri bertebaran mencari posisi nyaman buat muroja’ah, sementara aku muroja’ah di atas kasur, sakit ku kumat lagi, terkulai lemas, belum lama muroja’ah aku terlelap tidur..

aku terbangun dari lelap tidur ku, gelap…lampu kamar sudah dimatikan hanya ada sinar cahaya dari luar teras..ku lihat arloji ku yang melingkar di tangan kiri ku, menunjukan pukul 12 malam, Astagfirullah…sentak ku, aku tertidur, aku belum menyelesaikan muroja’ah ku…ku putuskan untuk melanjutkan muroja’ah, lalu aku keluar kamar menuju teras, ku ambil kursi dan ku buka mushaf kecil yang berwarna hijau, mushaf cantik yang sudah menjadi saksi perjuanganku, yang menjadi teman sejatiku dikala aku sakit…..Ku lantunkan ayat-ayat cinta Allah beriring hembusan angin segar, dingin merasuk ke tulang rusukku, bintang-bintang bertebaran seolah sedang menyapaku….

wabasyri ladzina amanuwa amisholihati annalahum jannatii tajri mi……”,  tiba-tiba aku dikagetkan dengan sepucuk surat yang jatuh tepat di mushafku, aku berhenti di tengah ayat…”Surat apa ini ya…emangnya siapa sih ngirim surat tengah malem gini, iiih…”, aku heran sambil membuka surat itu dan membacanya…….

Untuk Nisa (Afwan ngagetin….^_^)


Subhanallah………………^_^

Barakallah Fiik Ya Ukhti…….Syafakillah Kharun Syifa…

Sayup2 suara syahdu…kirain siapa, ternyata eh ternyata…
Istiqomalah dek, kakak salut dlm kondisi bagaimanapun, bahkan saat org2 terlelap, kau mampu melantunkan ayat2 cinta itu, Semangatmu yg bergelora Insya Allah dpt mengalahkan kondisi yang tak mendukungmu utk bermujahadah…..


                                                                                             With love,

                                                                                            hamba allah di lantai 2



(to be continue)