Bila ku kenang saat bersama dengan mu wahai guru ku,
ustadzah Fatimah Anwar, Al hafidzah , sungguh begitu banyak kenangan yang kita
ukir. Tulisan ini ku tulis untuk mu. Awal ku mengenal mu, aku tidak suka dengan
mu, entah karena sikap mu yang sangat dingin dan cuek dengan ku, saat itu aku
menjadi santri baru di asrama. Aku teringat saat engkau menggetes bacaan
alquran ku, dengan nada sinis engkau mengomentari semua kesalahan bacaan ku.
Tanpa Senyum! Uhhhhh…….sungguh menyebalkan. Kesan pertama yang tidak aku suka!
Hari berganti hari pun engkau tidak pernah bersikap bersahabat dengan ku,
semakin hari sikap mu membuat aku kesal dan marah. Ingat saat dirimu mengambil
dan menyita alquran terjemah ku. “nis, kamu ganti pake mushaf utsmani, belajar
sendiri tuh sama kakak-kakak yang senior”, tegas nya pada ku. Ah, ucapan yang
membuat hati ku bertambah jengkel, bagaimana tidak jengkel, dirimu hanya
menyuruh tanpa mengajari ku.
Disaat hari pembagian kelompok tahsin dan pembina, aku tidak
mau mendengar kabar bila aku harus di ajar oleh ustadzah Fatimah. Wahh….bisa
mati rasa aku kalau di bina nya. Hatiku terus berdoa semoga tidak pernah
berinteraksi sama nih ustadzah yang sinis dan dingin menurut ku hehe……Aku
memang tidak di kelompok beliau tahsinnya, tapi hiks…hiks….beliau adalah
Pembina ku untuk memperhatikan semua kegiatan dan perkembangan ku!
Namun dari sinilah bermula cinta itu tumbuh kepada mu.
Awalnya aku memang tidak suka dengan sikap mu yang keras. Kalau bacaanku salah,
dirimu cepat sekali marah-marah, menghujat ku malas tidak mau bermujahadah,
tidak kreatif belajarnya, dan masih banyak yang lainnya. Sampai menanggis aku,
aku jatuh mendengar hujatan2 mu. Uhh, 2 bulan lamanya aku suka membanjiri
toilet asrama. Toilet jadi saksi menetesnya air mataku hiks…hiks!! Tapi,
semakin aku mencari semangat, dari sini aku mengerti mengapa sikap mu sangat
keras terhadap ku dan santri-santri lainnya. Dengan sikap tegas , dan keras mu
itu sesungguhnya engkau mau membangun, melatih mental kami. Ya, mental seorang
penghafal alquran. Dulu, aku tidak paham, karena aku hanya mengira menghafal
alquran hanya sekadar memindahkan ayat alquran di otak. Tapi sekarang, aku
paham, sangat paham. Engkau tanam di jiwa ku sikap pantang menyerah, tidak lelah,
kuat akan cercaan. Karena semakin kuat azzam seorang penghafal alquran maka
semakin kuat syaitan menggoda. Kini, aku sudah merasakan efek dari binaan mu, aku
lebih tegar dalam menghadapi ujian Allah.
Aku hanya mengenal mu lewat mata, aku tidak mengenal mu
dengan hati ustadzah. Dikala aku sakit, engkau yang mengurus ku. Engkau rela
membagi waktu murojaah mu untuk mengantar ku bolak balik rumah sakit. Aku jadi
teringat kisah kita saat perjalanan kita ke Rumah sakit Islam Jakarta di
Cempaka putih. Berkesan, dan lucu sobat alquran, begini kisah nya:
Pagi itu, aku harus cek ke dokter saraf di RS Islam Jakarta,
dari asrama kami naik motor, Ustadzah Fatimah yang memboncengku. Jarak antara
ciracas ke RS sekitar 1 jam lebih lah kalau macet. Karena aku suka pingsan,
jadi ustadzah Fatimah menyuruh ku memegang erat pinggangnya dan menyuruh ku
untuk muroja’ah hafalan dengan suara keras selama perjalanan sampai ke RS,
katanya agar dia tahu kalau aku tidak pingsan heheh…hehe…! Aku pun memuroja’ah
hafalan ku, tapi orang-orang pada aneh melihat aku yang komat kamit di atas
motor, pandangan orang-orang di jalan semua ke arah ku. Sesekali aku stop,
capek sih, tenggorokan ku gatal. Eh, ternyata hilangnya suara ku membuat
ustadzah Fatimah khawatir, sampe stop segala dia di tepi jalan hehe..eh, dengan
gaya dia yang cool (sebenarnya dia itu perhatian tapi malu-malu hehe…), dia
ngomel-ngomel sama aku biar jangan stop murojaah. Uh , padahal kan aku sudah
bilang sama dia kalau tenggorokan ku gatal.
Sehabis konsul dari dokter, kami harus menunggu antrian cek
darah. Tenggorokan ku semakin gatal “ni gara-gara ustadzah sihhhhhh, aku nggak
mau lagi murojaah jerit-jerit”. Ucap ku kesal dengan nada ngambek. “ya
udah..kalau kamu jatuh terus aku gak tahu, kamu mau dipegang sama laki-laki gak
di kenal di jalan sana iiiiih…..hihiii”. jawab ustadzah sambil ketawa merayu
ku. “nih minum”, ustadzah menyodorkan sebotol air mineral kepada ku. “gak ah,
aku mau minum teh hangat”. Balas ku cuek. (sebenarnya aku haus juga sih, itu
pura-pura nolak karena jual mahal hahaha……). Setelah dia merayu ku, akhirnya
aku minum juga tuh air.
Dalam perjalanan pulang pun aku harus tetap wajib muroja’ah.
Tapi karena kepala ku sakit, aku menyandarkan kepala ku di bahunya, jadi aku
murojaah tidak harus menjerit. Dia menyuruh ku untuk memegang erat pinggangnya,
sesekali dia menggenggam tangan ku, takut bila aku jatuh. Aku letih, sengaja
aku tidak meneruskan murojaah ku. “nisa, eh nisa ayo murojaah”. Ucapnya. Aku
diam saja. “nisa..nisa…nisa…kamu baik kan?” . Aku sengaja tidak menjawabnya.
Ustadzah memegang erat tangan ku, erat sekali, dan mengusap pipi ku berkali kali.
Dia benar-benar khawatir, nampak dari nya takut kehilangan ku. Tak sadar, air
mata ku mengalir membasahi tangannya. Spontan ku jawab. “maaf ustadzah, aku
ngantuk. aku boleh tidur di bahu ustadzah”. “Boleh, tapi bangun lagi ya”,
jawabnya lega.
Kenangan yang tak akan bisa aku lupakan, bukan hanya itu
saja, banyak sekali kebaikan-kebaikan mu ustadzah, ketika aku sakit engkau
selalu ada disampingku. Menyiapkan obat, menyuapi aku obat, membuatkan aku jamu
dan memberi semangat. Terkadang aku suka senyum-senyum sendiri bila mengenang
masa-masa itu, ketika aku kabur lari tidak mau setoran hafalan, karena engkau
memberiku syarat harus minum jamu buatan mu yang pahiiiiiiiiiit sekali itu
sebelum setoran hafalan. Ingat kah kau, aku bersembunyi dibawah meja. Terus aku
imtihan di bawah kolong meja.Hii….hii ,lucu.
Aku merasa engkau bukan hanya seorang guru, tak sekedar guru
yang mengajar alquran saja. Tapi aku merasakan engkau sebagai sahabat ku, sangat
terasa ketika kita bicara dari hati ke hati berduaan saja di kamar mu. Di situ
engkau bukan sosok ustadzah yang aku kenal, tapi dirimu berubah menjadi sosok
sahabat.Dekat, hangat dan pengertian. Kata-kata mu dengan mengunakan alquran
selalu membangkitkan gelora semangat ku.
Namun, di sisi lain kau juga bisa menjadi sosok seorang kakak untuk ku.
Aku terharu ketika dirimu sengaja cepat pulang dari acara mabit hanya karena
takut terjadi apa-apa dengan diriku. Di malam itu, kau menyelimuti tubuh ku
dengan jaket mu, padahal aku tahu kau juga sedang kedinginan, tangan mu tiada henti
memijat telapak kaki ku, dan kau jaga aku dari gigitan nyamuk. Kak Fatimah, aku
berbahagia bisa dipertemukan oleh Allah dengan mu. Banyak pengalaman berharga
yang bisa aku ambil dari sosok mu. Tapi, sekarang semua hanya kenangan, jasad
kita tidak lagi bersama, tapi aku yakin ruh kita menyatu karena jalan alquran
ini. Ukhuwah kita masih menyatu bahkan menguncangkan ‘arsy. Aku berharap kita
di kumpulkan lagi kelak di taman huffazh akhirat. Masih begitu banyak kebaikan
mu yang tidak bisa aku tulisankan semua di sini, biarlah hanya Allah yang
membalasnya.
Wahai guru
ku…………
Manis senyum
mu…….
Luhur budi
pekertimu…
Wahai
sahabat ku…….
Marah mu
adalah kasih sayang …….
Semangat
mu adalah alquran…..
Wahai
Kakak ku……
Hangatnya dekapan
mu,,,,
Membawa ku
ke alam mimpi…….
Sejuknya
belaian mu…..
Membuat hati
menyatu dalam ikatan doa-doa kita…….
Special
for
Ustadzah
ku, sahabat ku, kakak ku Fatimah Al-hafidzah
0 komentar:
Posting Komentar